web counter

clock link

26 April 2011

Sambodja Lestari I

susunan kamar di Sambodja lestari
Tanggal berapa dibulan Oktober saya lupa, kami meneruskan perjalanan kami menuju Sambodja Lodge yang terletak di Sambodja Lestari, kurang lebih 6 hingga 10 jam dari Samarinda. Karena letaknya yang terpencil dan hanya di tandai dengan plank nama kecil bertuliskan ‘Sambodja Lestari, Eco Lodge’ kami sempat dibuat nyasar. Akhirnya kami bertanya kepada seorang pedagang es di sekitar sana yang menyuruh kami untuk melewati jalanan tanah merah yang menyerupai sebuah gang besar menuju hutan. 
Medan jalan yang tidak mudah membuat kami harus siap-siap turun dari mobil kalau-kalau mobil tidak sanggup berjalan. Maklum, ternyata mobil yang sering melewati di sekitaran sini adalah mobil double garda yang berkekuatan besar dibandingkan mobil kami yang notabene adalah mobil keluarga. Hihihi
Kurang dari satu jam setengah, hawa-hawa hutan sudah terhendus di hidung saya. Sepi. Hampir tidak ada orang yang berkeliaran di sekitar sini. Hati saya mulai ciut. “ini tempat apasih, sepi bener. Kita yakin mau nginep sini” kata saya berancang-ancang. Tak beberapa lama, kami menemukan sebuah bangunan yang terbuat dari kayu beratapkan ijuk yang konon katanya adalah resort dari Eco Lodge ini. Seperti dalam filmnya Leonardo Dicaprio di Phi-Phi Island, keindahan yang tersembunyi. 
Dan akhirnya kami sampai di Sambodja Lestari, Eco Lodge. Antara kagum dan masih bertanya-tanya. Ini tempat indahnya bukan main, tapi kenapa adanya di tengah-tengah hutan sepi begini ? Cerita punya cerita, resort ini dulunya dibangun untuk tempat penelitian orang utan khas Kalimantan dari seorang kewarganegaraan asing, William Smith (kalau tidak salah) . Namun kemudian berkembang menjadi sebuah resort untuk para peneliti atau juga bagi yang ingin berbulan madu dengan nuansa alami seperti ini. Sayangnya hanya orang-orang berduit saja yang sanggup menginap disini. Kenapa tidak, untuk menginap satu malam saja dihargai Rp 800.000 permalam/peranjang. 
pemandangan dari lantai 3
ranjang dalam kamar resort
Belum lama kami sampai, hujan datang menyambut kami. Suasana dingin semakin menyelimuti kami disini. Kami rehat sejenak untuk sekedar merokok dan berbincang. Salah satu pegawai resort mengetuk kamar kami. ‘makanan sudah siap, mau diantar atau makan disana?’ kata si pegawai tersebut. Dalam hati saya bicara pantas saja dibandrol dengan harga mahal begitu, kami betul-betul dimanja ternyata.
Kami disuguhi minuman selamat datang. Warnanya jingga kekuningan seperti air beras kencur, namun ada rasa madu dan lecinya juga. Selain itu, kami juga disuguhkan makanan-makanan bergizi yang tidak mungkin kami lewatkan begitu saja. Paradiso!
ruang makan yang langsung menghadap ke hutan
minuman selamat datang
Menjelang sore, suasana semakin sepi. Beberapa pegawai resort pamit pulang. Iseng, saya bertanya kepada salah satu pegawai disana .
Saya : “resortnya sepi ya mba”
Pegawai : “iya mba, tapi biasanya ramai sama turis asing . Di lantai paling atas ada turis yang sudah sebulan disini”
Saya : “lama amat hehe. Ini pegawainya pada mau pulang ? yaah tambah sepi dong ya”
Pegawai : “ya begitu mba, saya juga sebentar lagi pulang. Disini pegawainya cuma sampai jam 5, selebihnya laki-laki yang jaga”
Saya : “oo jadi lelakinya nanti jaga sepanjang malem ? oh iya biasanya lampunya mati sekitar jam berapa ?”
Pegawai : “engga juga mba, paling mereka jaga hingga jam 11, selebihnya berkeliling. Lampu juga mati jam 10, nanti ada obor yang akan kami nyalakan disini. Kopi dan the juga tersedia sepanjang malam. Sya permisi dulu mba”
Dan saya semakin merinding. Ditengah hutan, sepi, mati lampu dan tidak ada pegawai. Astagaaaa nightmare buat orang-orang takut gelap seperti saya ini.










1 komentar:

  1. cerita menarik dengan didukung gambar pemandangan dan bentuk villanya

    BalasHapus